Showing posts with label cerita. Show all posts
Showing posts with label cerita. Show all posts

Friday, February 28, 2014

aku dan sosiologi unsyiah angkatan 2008

1 0810101010001 Buniamin
2 0810101010002 Safriawati
3 0810101010003 Fauzi Abdillah
4 0810101010004 Budi Ramadani
5 0810101010005 Erik Oktora Redha
6 0810101010006 Irma Juraida
7 0810101010007 Rosdiana
8 0810101010008 Wahyu Fitriani
9 0810101010009 Marzuki
10 0810101010010 Saprina
11 0810101010011 Nadia
12 0810101010012 Mukhtar
13 0810101010013 Novi Sri Wahyuni
14 0810101010014 Azmi Ari
15 0810101010015 Mursyidi
16 0810101010016 Gustriani
17 0810101010017 Muhammad Rizal
18 0810101010018 Zuhairina
19 0810101010019 Musnaini
20 0810101010020 Nova Hidayanti
21 0810101010021 Salma
22 0810101010022 Nanda Mawaddah
23 0810101010023 Imatusaddiah
24 0810101010024 Irfan
25 0810101010025 Rahmadani
26 0810101010026 Nova Ratna Dewi
27 0810101010027 Sarena Afrina
28 0810101010028 Suryani
29 0810101010029 Muzakir
30 0810101010030 Cicie Nazrina Keumala
31 0810101010031 Sariman Arma A
32 0810101010032 Tika Juli Anggraini
33 0810101010033 Irwan Akmal
34 0810101010034 Feriadi
35 0810101010035 Muammar Ja
36 0810101010036 Bukhari Muslim
37 0810101010037 Roni Vasla
38 0810101010038 Ajan Jami
39 0810101010039 Aminah
40 0810101010040 Nurul Mushalli
41 0810101010041 Maghfiratun Nisa
42 0810101010042 Feri Iswandi
43 0810101010043 Arfarina
44 0810101010044 Muzakir
45 0810101010045 Rizki Aulia
46 0810101010046 Cut Lina
47 0810101010047 Riska Yani
48 0810101010048 Rijatuljannah
49 0810101010049 M. Yanis
50 0810101010050 Nurhayati
51 0810101010051 Rita Zahara
52 0810101010052 Aida Fitri
53 0810101010053 Sayed Alwi
54 0810101010054 Marbawi Harun
55 0810101010055 Hulaimiati
56 0810101010056 Nuzul Fatahilla

5 setengah tahun yg lalu saya dipertemukan dengan mereka, pada salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Aceh, tepatnya pada jurusan sosiologi fisip unsyiah, angkatan kedua dari jurusan tersebut berjumlah 56 orang pada saat itu, hari demi hari, hari berganti bulan, bulan berganti tahun, kami bersama, kami bertemu, kami saling mengenal hingga akhirnya kami berpisah. waktu , kesempatan dan takdirlah yg memisahkan kami, layaknya juga takdirlah yg mempertemukan kami.
sebagian dari mereka telah pergi pada waktu yg belum diizinkan oleh perguruan tinggi, mereka memiliki tujuan yg lebih baik untuk menjalani hidup dan proses pendidikan yang berbeda yang harus mereka putuskan dari pada melanjutkan di sosiologi unsyiah, namun sebagian besar dari mereka telah pergi dengan baik, telah pergi dengan membawa sepercik harapan yg di cari lima tahun yang lalu, yaa... mereka telah menjadi sarjana ilmu sosial dengan gelar S.Sos nya.

kini tinggallah aku dan beberapa teman lainnya yang menjadi minoritas, dan masih melangkahkan kaki seperti lima tahun sebelumnya. rasanya sudah sangat lelah, sudah letih, sudah bosan, rasanya juga akan semakin malu melihat umur yang semakin hari semakin bertambah, harapan yang saya tanamkan lima tahun yg lalu sepertinya hampir kandas dalam harapan yang tak kunjung sampai, harapan orang tua yang menginginkan anaknya menjadi sarjana dan melalui proses yang baik untuk menemui tujuan pendidikan ini rasanya juga belum tau kapan memberikan jawaban yang pasti, pertanyaan keluarga dan tetangga dikampung yang rasanya juga hampir pupus dalam asa yang tak pernah tau kapan menjadi kenyataan., rasanya ingin tertawa bahagia, ingin tersenyum, ingin merasakan damainya hari itu, hari yang punya sejarah panjang, hari dimana aku memakai sebuah topi yang dinamakan toga itu, ingin rasanya tersenyum lepas dengan hati yang bahagia, dengan rasa bangganya sudah menyandang status S.Sos itu dan melanjutkan dengan perencanaan yang baru dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

hari esok masih hanya menjadi sebuah tanda tanya yang besar bagi saya.

selamat dan sukses untuk semua sarjana sosiologi angkatan 2008, salam persahabatan, salam sosial, dan salam damai untuk semua, semoga setelah mejadi sarjana ini, menjadi pendamai dan penyejuk hati keluarga, menjadi penebar inspirasi bangsa dan menjadi orang yang selalu dibutuhkan dalam hubungan sosial dan bermasyarakat dimanapun kita berada. aminnnnn

Friday, November 29, 2013

Mimpi Yang Tak kunjung usai, nasib mahasiswa tingkat akhir

aku tidak tau harus menulis apa tentang judul yang satu ini, rasanya banyak sekali yang ingin dituliskan halaman perhalaman yang mengisi hari-hari kuliah ku. lima tahun setengah sudah berlalu, langkah demi langkah telah membawaku ke ujung perjalanan studiku, tapi mungkin terlambat, ya terlambat jika dibandingkan dengan teman-teman yang sudah duluan mengangkatkan kaki meninggalkan kampus, semua orang pingin cepat, ya pingin cepat selesai kuliah dan jadi sarjana, tapi tidak semua niat dan rencana akan kesampaian dan terealisasi.

hari ini banyak faktor yang telah membuatku terlambat, terlambat untuk meninggalkan kampus dan aku tidak tau apa makna dari keterlambatan yang satu ini, perjalanan sekolahku dari SD, MTs dan SMA tidak pernah tinggal kelas dan itu tidak pernah terlambat mungkin aku tidak terlambat pada SD karna aku punya kesempatan sekolah lagi di MTs dan SMA, dan kini aku merasa keterlambatan ini karna aku sudah tidak punya kesempatan untuk melanjutkan S2, ya mungkin itu adalah alasan yang tidak logis, tapi alasan yang logisnya adalah banyak faktor pendukung untuk cepat selesai kuliah yang tidak aku miliki, salah satunya adalah transport atau pada umumnya sepeda motor, bagian terpenting yang membuat kita bisa mempersingkat waktu untuk sampai ke suatu tempat, dan lima tahun setengah sudah berjalan aku tidak merdeka bagian ini, aku tidak bisa memilih bebas kemana arah tujuan langkahku yang ingin kutuju, dan langkahku diatur oleh orang lain, ya diatur oleh sopir labi2 yang berjalan suka-suka mereka dan sesuai dengan kebutuhan mereka, 

yang kedua faktor pendukung  mempercepat selesai kuliah adalah Laptop salah satu sarana membuat kita lancar dalam melakukan berbagai kegiatan akademik dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, dan kini Alhamdulillah pada akhir perjalanan kuliah, pada saat penulisan skripsi aku sudah memiliki itu, ya memiliki atas pinjaman punya abang ku,  kini penelitianku sedikit terhambat oleh faktor ekonomi dan transport untuk pengurusan segala surat-surat izin dan tempat yang tidak mungkin untuk pergi menggunakan kenderaan umum.

entahhhh lahh aku tidak menganggap keterlambatan ini adalah sebuah kesalahan melainkan ini adalah sebuah kesempatan untuk aku rasakan berbeda dengan yang dirasakan orang lain dan aku menikmati itu, dan terus berdoa semoga tidak lagi mejadi kendala untuk bisa menyelesaikan studi ini pada pertengahan tahun depan, Aminn.


Mau Informasi tempat hiburan, dan dunia pendidikan yg ada dijakarta klik disini 

Thursday, November 28, 2013

Sakit Yang Terabaikan

yaa...... mungkin itu judul yang sangat cocok untuk mengawal tulisanku di pagi ini. dua minggu sudah berlalu dari jadwal yang seharusnya, hari ini hari jum'at tanggal 29 November 2013, dan dua jum'at yang lalu sebuah cerita yang seharusnya kuperhatikan dengan serius, pada hari Jum'at dua minggu yang lalu tepatnya tanggal 15 November 2013 leher dan tenggerokanku terasa sakit sudah tiga hari dan hari Jum'at itu aku ke Puskesmas Jeulingke yang dekat dengan tempat tinggalku sesampai disana aku melihat ibu-ibu, kakak-kakak dan bahkan mereka nenek-nenek yang sudah berusia tua sedang mengantri satu persatu panggilan untuk masuk ke ruang dokter, aku mendaftar untuk menjadi salah satu yang mengantri panggilan dokter itu, 10 menit kemudian setelah aku ngantri aku terfikir untuk menyelesaikan tugas yang telah kurencanakan semenjak dari malam yaitu ngeprin revisi skripsi dan perbanyak satu rangkap untuk lampairan surat izin penelitian pada kantor Kesbang Pol Linmas kota Banda Aceh, aku langsung keluar dari puskesmas dan menuju tempat foto copy,

 setelah beberapa menit aku disana dan telah selesai tugas itu aku kembali ke puskesmas, sesampai disana aku melihat nenek-nenek yang mengantri sudah pulang dan aku berfikir namaku pasti sudah terpanggil, yaa kenyataannya memang begitu karna satu orang yang datang setelah aku daftar sedang diperiksa dokter, melihat itu aku langsung bertanya sama ibu yang bertugas memanggilkan nama-nama antrian tersebut " buk muhammad rijal yang tadi sudah terpanggil ya??" dan jawabannya "iya" setelah itu aku hanya menunggu satu orang lagi yang sedang diperiksa oleh dokter... 
dan selesai.
kini giliranku yang di panggil untuk menjumpai dokter. setelah aku masuk ke ruang dokter ibu dokter mempersilahkan aku untuk duduk dan bertanya ada keluhan apa?? spontan aku langsung menjawab,  " ini buk leher saya udah tiga hari ini terasa sakit dan terasa ada sedikit benjolan di leher" dan aku langsung melihat keatas memperlihatkan leher ku, ya memang ada sedikit benjolan baru se ukuran ujung jari tengah, dokter itu bertanya sudah berapa lama benjolan itu saya tidak tau persis tapi rasanya sudah lumanya lama tapi tidak pernah terasa sakit, dan baru tiga hari ini terasa sakit, lalu dokter itu berkata "ini sudah lama,, saya curiga kamu  kenak struma difusa" saya bingung, saya gak tau apa itu struma difusa, dan dokterpun bertanya lagi, kamu tinggal dimana?, sering makan garam apa?? kamu jarang makan garam yang beryodium ya?? mendengar pertanyaan itu aku langsung berfikir dan mengartikan bahwa struma yang dikatakan dokter tadi adalah penyakit gondok yang sering disebut oleh masyarakat di kampung, ya kesimpulannya itu, aku kenak struma difusa atau pembesaran kelenjar gondok, sang dokter tidak lagi periksa aku, dia langsung membuat surat rujukan untuk ke RSUZA ke Poli Endokrin, setelah menerima surat itu, dengan perasaan yang gelisah aku langsung ke rumah sakit umum zainal abidin.

sesampai disana setelah mendaftarkan diri dan menunggu antrian, tiba lahh nama aku yang dipanggil oleh dokter untuk masuk ke ruangannya, dan dokter kembali menanyakan ada keluahan apa?? " dan aku langsung mejawab dan memberikan surat rujukan dari puskesmas tadi, dokterpun langsung melihat pada leher aku, dan dia berkata, kita tidak bisa memberikan obat dulu, ini harus di periksa di laboratorium, sang dokterpun langsung membuat surat rujukan untuk aku bawa ke lab dan satu lagi ke bagian Radiologi, sampai aku ke laboratorium RSUZA aku langsung dicek darah dan hasilnya aku harus menunggu hari senin, setelah itu aku menuju ruang radiologi setelah aku mendaftar sang petugas berkata "udah kamu datang aja hari jum'at depan untuk di periksa" dan aku bertanya kenapa lama sekali bukk?? dan ibu itu langsung menjawab dengan panjang lebar, akhirnya aku harus pulang dan menunggu hari jum'at depan tiba.

setelah satu minggu hari jum'at pun telah tiba, hari setelah satu minggu aku menunggu dan seharusnya aku langsung menuju rumah sakit, tapi kenyataan nya aku sudah sedikit lalai, karna faktor kesibukan dengan skripsiku dan kendala untuk aku menuju rumah sakit, dan akhirnya hari jum'at pun terlewatkan begitu saja dan aku berfikir aku akan datang hari senin, setelah hari senin tiba kejadian yang sama terulang lagi aku juga tidak ke rumah sakit, dan seterusnya sampai hari ini jum'at selanjutnya setelah dua jum'at yang lalu, aku tidak tau harus bagaimana dengan alasanku yang mungkin jarang untuk bisa diterima oleh akal sehat dengan mengabaikan kondisi kesehatan....
entah lahhhh hanya Tuhan yang tau. aku hanya bisa berdoa semoga tidak terjadi apa2 dengan kesehatanku.

Kapan Aku Akan Terinspirasi Untuk Menulis?

dilarut malam yang sunyi hari ini jum'at 29 November 2013, pukul 03:18 Wib mataku belum juga terpejam, entah apa yang terpikirkan dan membuat aku masih melek pada jam segini, terahir aku mengingat secangkir kopi yang membuat mataku masih berkedip dan masih terus menatap layar monitor ini.

aku tidak tau mau menulis apa dan terkadang blok kecil ini sering terabaikan karna kesibukan yang lain dan di ikuti dengan malas dan gak punya inspirasi untuk menulis, malam ini di saat aku siap pada satu tugas organisasi untuk mengeluarkan sebuah imajinasi yg ada dalam otakku kedalam lembaran kerja software Corel Draw x6 untuk menjadi sebuah karya design.

dan terkadang aku punya niat untuk terus menulis hari demi hari dan menceritakan apa yang aku punya apa yang aku alami untuk kusimpan dan ku kenang pada hari tua nanti, tapi niat itu sering kali terabaikan aku tidak tau apa penyebabnya, dan malam ini setelah aku berlayar kesana kemari di alam dunia maya, setelah bertamu ke rumah-rumah blog teman, aku berfikir untuk terus bisa menulis dan mengisi blog ini dengan tulisan-tulisanku, dan malam ini aku sedikit terinspirasi untuk menulis setelah aku melihat dan membaca cerita mereka.

aku juga punya cerita, cerita untuk hari tua dan disini akan kuisi dengan cerita-cerita hidupku dan untukku kusimpan di hari tua, dan teman telah membuat ku terinspirasi.



mau Informasi tempat hiburan, dan dunia pendidikan yg ada dijakarta klik disini 

Saturday, December 31, 2011

Happy New Year 2012

malam ini aq du2k di sebuah sudut jambo dayak meulayu aku melihat begitu banyak orang yang merayakan tahun baru dengan pesta kembang api dan mercon, rata sudut Kota Banda Aceh penuh dengan ledakan mercon dan  kembang api yang berterbangan di udara, tapi tidak tau kenapa aku melihat itu semua suatu hal yang tidak ada arti dan tidak ada mamfaat, suatu hal yang mubazir, seandainya uang yang digunakan untuk membeli kembang api dan mercon itu di gunakan untuk membeli sebungkus nasi untuk anak jalanan ataupun di sumbangkan ke panti asuhan, sungguh suatu hal yang sangat bermamfaat, sedih rasanya melihat fenomena ini, sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh orang barat kini menjadi budaya kita, semua tertawa, semua berteriak seakan akan baru saja mendapatkan sebuah kemenangan yang di capai di Tahun 2011 ini. banyak sms ucapan selamat Tahun baru masuk ke hp aku, semua bergembira, apakah itu pertanda dunia ini sudah sangat tua, ataukah suatu pertanda jeleknya kehidupan dunia ini ke depan nanti, entahlahh, di saat tahun baru Islam tidak ada rasa gembira, tidak ada rasa syukur, tidak ada zikir, bahkan kebanyakan orang tidak tau bahwa hari itu adalah Tahun baru Islam. Sedihh.

malam ini aku merenungkan, mereview ulang  apa yang sudah kulakukan di Tahun 2011 ini, apa yang telah kudapatkan,  apa yang bermamfaat bagi hidup dunia akhirat aku, rasanya, tidak ada, semua sia2, sedih. 
sungguh ku ingin hidup bermamfaat bagi orang lain, ingin kuberikan dua titik dari setitik yang kumiliki, karna hidup ini tidak ada arti jika tidak memberikan mamfaat untuk orang lain.
sepucuk do'a yang ingin ku ucapkan di malam ini, semoga hidup dan umur kita diberkahi oleh Allah, menjadi orang yang bisa di banggakan oleh orang tua, menjadi orang yang bermamfaat bagi Agama, dan Negara,  menjadi orang yang bisa memberikan dua titik dari setitik yang kita miliki, menjadi orang yang sadar akan arti kehidupan, dan semoga Allah mengampuni semua dosa-dosa kita yang telah terbuat  selama ini, dan semoga Allah menunjukkan jalan yang lurus dalam menjalani hidup ini kedepannya. Insya Allah.
Wassalam.


mau Informasi tempat hiburan, dan dunia pendidikan yg ada dijakarta klik disini 

Monday, December 19, 2011

"Si Mata Biru", Keturunan Portugis di Lamno Jaya

 “...Jika jalan-jalan ke Aceh Barat, Jangan lupa singgah sejenak di Lamno Jaya. Di sana dapat kita lihat dara Portugis, Si Dara Barat yang biru mata....”

Kurang lebih seperti itu terjemahan sebait lagu Sabirin Lamno yang diberinya judul Dara Portugis. Lagu itu dikumpulkan dalam sebuah kaset yang diluncurkan oleh Kasgarecord. Oleh karena lagu itu, keberadaan dara Portugis di Lamno, Aceh Jaya (dulu masih bergabung den­gan Aceh Barat) menjadi makin populer, baik di masyarakat Aceh maupun Indonesia. Bahkan, orang asing yang datang pascatsunami ke Aceh juga bertanya tentang keberadaan keturunan Eropa itu di Aceh Jaya. Apalagi, setelah mengeta­hui Aceh Jaya adalah daerah terparah kena imbas ie beuna atau Tsunami.
Sebelum menelusuri lebih lanjut jejak si mata biru, kita mengingat dulu sejarah Aceh. Seperti halnya bangsa lain yang mendatangi Aceh, Portugis bertujuan menjalin kerja sama di bidang rempah-rempah. Ketika itu Aceh me­mang terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya. Na­mun, lambat-laun negeri berjulukan ‘Seramoe Makkah’ ini jadi jajahan. Lantas, apa yang dapat kita petik dari pening­galan sejarah jajahan tersebut setelah Aceh merdeka?

Sebelum sampai ke jawaban dari pertanyaan itu, tanpa bermaksud mengungkit perih, duka-lara, dan dendam yang tercerabut-berpagut hingga kini, saya mencoba memapar­kan sebuah sifat keacehan yang dimiliki orang Aceh hingga kini. Karakteristik keacehan itu kerap disematkan pada na­rit maja Aceh.

Salah satunya, sipeut ureueng Aceh hanjeut teupeh. Meunyo teupèh, bu leubèh hana meuteumè rasa; meunyo hana teupèh, boh krèh jeut taraba. Apabila di-In­donesiakan, lebih kurang memiliki makna orang Aceh tidak boleh disinggung (hatinya). Kalau tersinggung, nasi basi pun tak diberikan; kalau tidak disinggung, kelamin pun boleh diraba.

Mungkin, karena sifat itu, orang Aceh gampang di­jajah, karena orang Aceh begitu mudah akrab dengan orang asing saat hatinya sudah disentuh lembut. Bermula menyentuh dengan sangat lembut hati orang Aceh, bang­sa-bangsa pendatang mencoba menjalin ikatan kerja sama perdagangan dengan bangsa Aceh. Kemudian, orang Aceh yang sudah tersentuh hatinya, dengan gampang dan gam­blang menyerahkan yang dia punya kepada bangsa pen­datang tadi. Saat itu, tanpa disadari Aceh telah dijajah. Maka, ketika telah sadar dirinya dijajah, orang Aceh yang lebih senang menyebut dirinya ureung Aceh akan bangkit dengan segala daya dan upaya.

Saat seperti inilah, keace­han itu timbul kembali, yakni daripada hidup di bawah kaki penjajah meski diberi pangkat dan harta berlimpah lebih baik mati bersimbah darah atau mati berkalang tanah. Hal ini juga dinukilkan dalam narit maja Aceh: daripada juléng göt buta; daripada capiek göt patah, daripada singèt göt rhô meubalék (daripada juling lebih baik buta, daripada pin­cang lebih baik patah, daripada miring lebih baik tumpah semua). Yang lebih tegas lagi, daripada na göt hana (dari­pada ada, lebih baik tidak ada).
Maka dari itu, perjuangan dengan gencar melawan penjajah dilakukan ureueng Aceh hingga akhirnya penjajah lari pulang tunggang-langgang ke asalnya, mengakui keperkasaan Aceh. Lantas, setelah pen­jajah itu pulang ke asalnya, apa yang tersisa dari sebuah peninggalannya?

Sebut saja salah satu penjajah Aceh adalah bangsa Portugis. Menurut catatan sejarah, bangsa Eropa itu men­jajah Aceh terutama di pantai barat Aceh, tepatnya Lamno. Seperti bangsa Eropa penjajah lainnya (Belanda dan Ing­gris), Portugis juga memainkan taktiknya dengan mencoba merebut hati orang Aceh. Pembauran kedua etnis ini pun terjadi.

Orang Aceh ada yang dinikahi oleh orang Portugis, lalu mempunyai keturunan. Setelah Portugis berhasil dika­lahkan Aceh hingga kembali ke asalnya, yakni Eropa, ketu­runan Portugis itu ada yang tertinggal di Aceh. Kendati ada orang Aceh yang dinikahi oleh bangsa Barat itu atas nama cinta, istri dan keturunannya tetap ditinggalkan di Aceh. Peninggalan inilah yang membuat Lamno atau disebut juga dengan Nanggroe Daya, terkenal dengan si mata biru atau dara Portugis. Tak ayal, sebagian orang berpendapat, jika in­gin melihat bangsa Barat turunan, datang saja ke Lamno, di samping ada pantai dan pemandangan yang indah di situ.

Umumnya, orang-orang mata biru ini sangat mirip dengan orang Eropa. Bukan hanya matanya yang biru, kulit­nya juga putih serupa kulit orang Barat. Seiring waktu yang terus berjalan, perkawinan antarsuku semakin meluas. Keturunan si mata biru pun menikah dengan orang Aceh dari daerah lain dan mungkin dengan bukan orang Aceh. Pertanyaannya sekarang, masihkah ada keturunan Portugis tersebut di Aceh?

Beberapa waktu lalu, saya dan teman pergi ke Lamno, ke tempat keturunan Portugis itu menetap. Di sana, saya mencoba mengamati sekeliling, baik orang yang melintas maupun yang duduk di rumah atau di warung kopi. Heran! Tiga puluh menit menelusuri Lamno, belum saya temukan juga si mata biru.

Imeum mukim Lamno, Teungku Tantawi, menunjuk sebuah rumah. “Rumah itu ada mata birunya,” kata Tan­tawi.
Generasi "Mata Biru" Saudara Sekandung

Saya menoleh ke arah yang ditunjuk. Di serambi de­pan rumah itu terlihat empat orang anak kecil. Kalau boleh ditaksir, usia mereka masih Balita (di bawah lima tahun). “Lihat saja keempat anak itu. Yang nomor dua dan nomor tiga berkulit putih, rambutnya juga seperti bule. Matanya biru. Sementara anak tertua dan terbungsu, persis seperti keturunan Aceh asli kan?” tutur Tantawi.

Menurut lelaki 70 tahun itu, keturunan mata biru di Lamno banyak hilang saat musibah tsunami. Pasalnya, tem­pat tinggal mereka persis di tepi laut. Di samping itu, perkaw­inan antara keturunan mata biru dengan orang-orang pen­datang semisal orang Aceh dari daerah lain, juga menjadi salah satu penyebab keturunan Portugis ini berkurang.

Tempat-tempat yang banyak dihuni komunitas mata biru, seperti daerah Kuala Onga, Kuala Daya, Lambeuso, dan Keuluang, merupakan tempat yang disebutkan oleh Tan­tawi sebagai kawasan imbas tsunami paling parah. “Nyan ke nyan nyang tinggai, ka hana asli lé. Kadang-kadang na aneuk mata biru, ôkjih itam. Leuh nyan, na cit nyang hie ure­ueng Aceh mamandum rupajih,” katanya.

“Saya ingat, ada satu orang yang tinggal di Minisaweu. Di sana ada seorang lelaki tua yang kerap disapa Haji Tet, satu lagi di Lamme. Hanya itu yang tersisa. Ya, itu yang saya ketahui,” ujar Tantawi. “Lainnya, habis diambil tsunami.”

 Hampir senada dengan Tantawi, camat Lamno, Jaddal Husaini, menuturkan bahwa keturunan bangsa Eropa itu sebelum tsunami dapat ditemui di beberapa wilayah, yakni desa Lambeuso, Alue Mie, Jeumarem, Janggot, Ujong Uloh, Kuala Ongan, dan Mukhan. Namun, setelah tsunami, kata Jaddal, keturunan itu mulai sulit ditemukan.

Kendati de­mikian, katanya, pihak kecamatan tidak tinggal diam demi menjaga dan melindungi mereka. Jaddal mulai melakukan pendataan penduduk pascatsunami. Hanya saja, menurut Husaini, sulit melakukan pendataan terhadap si mata biru.

“Masalahnya adalah ketika kita masuk ke kampung-kampung tempat keturunan Portugis itu, mereka lari. Entah mengapa mereka selalu menghindar saat hendak didata,” tutur Husaini, setengah bertanya.

Selepas berbincang-bincang dengan Jaddal, saya dan Erwin kembali melanjutkan perjalanan. Matahari nyaris te­pat di atas kepala kala itu. Kami menyusuri jalan setapak dengan berjalan kaki. Dari kejauhan terlihat sebuah jambô (gubuk) kupi. Kami mendekatinya. Jambo itu berarsitek kayu, beratap daun rumbia. Di warung kopi kecil itu ada sekitar delapan orang, tiga di antaranya saya taksir sudah uzur. Ke­pada bapak-bapak itu saya bertanya tentang keberadaan si mata biru. Jawabannya persis sama seperti apa yang sudah dikatakan imeum mukim dan camat. “Kurang tahu, nyaris hilang setelah tsunami,” itulah jawaban mereka.

Saat kami sedang asyik menikmati angin lembut siang itu sambil berbincang ringan, dari kejauhan terlihat seorang lelaki jangkung mendekat. “Sama dia saja kalian tanya kalau memang mau mendapatkan informasi lebih banyak tentang keturunan Portugis,” kata Saleh, salah seorang pengunjung warung tersebut.

Saya memperhatikan dengan saksama lelaki yang di­tunjuk Saleh. Samakin lama, lelaki itu semakin mendekat.

Agaknya dia juga hendak singgah di warung ini. Dia kemu­dian duduk dengan menghadap ke arah laut. Namanya Ja­maluddin. Dia mengatakan memiliki tinggi badan 185 senti­meter. Umurnya belum terlalu tua, “Baru empat puluhan,” katanya, sembari tersenyum.

Bagian hitam matanya terlihat kebiru-biruan, sedan­gkan yang bagian putihnya terlihat agak coklat. Sekilas dia seperti Jose Maurinho, mantan Manajer Klub kaya di Ing­gris, Chelsea. Sungguh, kulitnya yang putih kemerah-mer­ahan memperlihatkan dengan jelas bulu-bulu di tangan Ja­maluddin. Entah karena kulitnya yang putih itu, dia disapa akrab dengan sebutan “Bang Puteh”.

Bang Puteh adalah salah seorang keturunan Portugis. Kendati dia merupakan keturunan bangsa Eropa itu, dia mengaku tidak tahu benar tentang silsilah keluarganya. Dia juga tak hapal kebiasaan Portugis. “Saya hanya memegang adat-istiadat Aceh sebagai pegangan saya di sini,” ucapnya.

Bang Puteh juga mengatakan bahwa tidak semua anaknya memiliki ciri sama. Kata dia, dua mirip orang Aceh asli, dua di antaranya mirip bangsa Portugis. “Hal ini sama saja dengan empat orang anak yang kalian katakan sudah melihatnya di Desa Leupe. Anak saya, Rauzatul Jannah, enam tahun, dan Nurul Khamiran yang masih 2,5 tahun, sangat mirip dengan orang Barat. Tapi, dua lagi, yang tertu­anya, sangat kental dengan karakter orang Aceh pada um­umnya,” ujar Bang Puteh.

Dari Bang Puteh, saya mengetahui bahwa keturunan Portugis yang lari saat didata seperti kata camat tadi sebe­narnya bukan karena takut. “Mereka hanya malu. Masalah malu, tidak jelas, apakah karena mereka tidak mirip dengan orang Aceh kebanyakan atau karena apa,” kata Bang Puteh, menggeleng-gelengkan kepalanya.

Saya teringat komentar seorang mahasiswa di Fakul­tas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, yang saya jumpai belum lama ini. “Orang-orang keturunan Portugis itu terkesan hanya mau bergaul dengan dia dia aja. Itu makanya susah menelusuri tentang mereka,” kata Farah Fitriah, mahasiswa angkatan 2005 di Jurusan Bahasa Indo­nesia itu, saat saya tanya tentang mata biru di kampung­nya.

Lain Farah, lain pula pendapat Teungku M. Yahya Wa­hab. Dia adalah salah seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh Jaya. Saya bertemu dengan Yahya saat dia mengunjungi pengungsi koran tsunami di Lamno tahun 2005 lalu. Yahya juga asal Lamno. “Dara Portugis di Lamno pada umumnya berparas cantik. Namun, mereka pemalu. Jika bertemu dengan orang di luar komunitas mereka, apal­agi yang belum mereka kenal sama sekali, mereka cend­erung sembunyi.”

Menurut Yahya, karena sifat pemalu itulah membuat mereka terkesan eksklusif. Hal ini pula, kata dia, yang me­nyebabkan komunitas Portugis di Lamno itu lebih senang menikah dengan sesama komunitas mereka. “Namun, be­lakangan sudah ada juga di antara mereka yang mau diper­sunting orang luar,” lanjut Yahya.

***
Oleh Herman .RN Dosen FKIP Unsyiah

sumber:www.atjehcyber.net

mau Informasi tempat hiburan, dan dunia pendidikan yg ada dijakarta klik disini  

Wednesday, December 14, 2011

“Lampuki”, Novel Aceh Dipuji dan Dihujat

LAMPUKI merupakan hasil karya yang sangat menggugah bagi dunia sastra Nusantara (terutama novel), khusus sekali di Bumi Serambi Mekah dengan performance sebagai Pemenang Unggulan Sayembara Menulis Novel 2010. Setelah sekian lama novelis-novelis Aceh diam, kini bagai bangun dari sebuah tempat persemedian dengan pukulan yang sangat pamungkas.

Novel ini mengajak siapa saja yang jadi pembacanya untuk tidak saja mengingat atau mengenang luka lama yang merobek-robek serta mencabik segenap jiwa, tetapi juga merenung tentang makna dari sebuah perang yang sia-sia dan menyisakan penderitaan serta kerugian yang tak terkira. Aceh yang didera perang adalah contoh yang paling konyol tentang tindakan pemerintah Indonesia yang hanya menciptakan bersimbah darah bagi banyak orang di ujung Pulau Sumatera.

Lampuki merupakan nama sebuah kampung. Novel ini mengisahkan tentang perang dan perilaku orang-orang di kampung itu dengan keunikan-keunikan tersendiri, sebuah kejadian pelik di kawasan kaki bukit dengan penduduknya yang beringas serta tiada henti-hentinya saling bertikai, mengusik dan merusak. Perilaku seperti ini adalah realita tabiat kehidupan rakyat di Lampuki. Anehnya mereka seakan bangga dengan perilaku meraka yang mengikutsertakan anak-anaknya berperilaku buruk.

Sebuah Cerpen "Tarian Tsunami"

Langit gelap, matahari seakan tertimbun awan, unggas-unggas laut terbang ketakutan, dan penduduk gampong berlari-lari dengan wajah pucat. Aku berdiri dari tempat dudukku dan menatap ke jalan besar, penduduk desa berlari ketakutan sambil berteriak “Ie...ie...ie...”.

Air? Dari mana? tanyaku dalam hati. sekian detik kemudian aku melihat gulungan air berwarna hitam pekat yang tingginya lebih dari 5 meter sedang mengejar penduduk desa. Tubuhku gemetar ketakutan. “Apa ini ?” tanyaku sendiri.

Dan belum diriku sendiri sempat menjawab, gulungan air di hadapan menari dengan binalnya, aku berlari untuk menghindari air yang sedang bergulung-gulung, melibas apapun yang ada di hadapannya. Aku merasakan nafas sudah di ujung mulut, tidak lagi sanggup menghirup nafas lagi. Jantungku berdegup hebat, aku merasakan kematian sedang merambat pelan. Air bah hitam pekat itu mendekat, penduduk desa yang tadi kulihat berlari sudah tertelan, kini giliranku.

Aku sudah tak sanggup, pasrah sudah jika harus di telan dan mati di detik ini juga.
Arghhh....,” suaraku tertelan sendiri.

Sunday, December 4, 2011

Dicintai atau mencitai, pilih mana??

Suatu hari seseorang yang sedang putus cinta menangis di taman ....

Datang seseorang bertanya padanya "mengapa kamu menangis..?"

Dijawabnya , "aku sangat sedih , kekasihku meninggalkanku..!"

Orang itu tertawa sambil berkata "Kamu bodoh sekali"

Dijawabnya , "Kamu tak punya perasaan atau bagaimana???Aku sedang putus cinta dan ini sudah cukup menyedihkan.Tak apalah kalau kamu tak membujukku,tapi mengapa kamu tega menertawaiku juga...?!"

"Bodoh...!kamu tak perlu sedih , karna yang seharusnya sedih adalah dia!"kata orang itu

"Kenapa dia yang bersedih ,kan dia yang memutuskan aku???"jawabnya

"Karna kamu hanya kehilangan orang yang tak mencintaimu , tetapi dia kehilangan orang yang sangat mencintainya" jawab orang itu.